ï»żParameterSatuan Baku Mutu Air Limbah Industri 0,04 g Limbah Cair Tempe Air Rebusan Kedelai Rendaman BOD (Biochemical Oxygen Demand) Mg/l 150 9763 3298 COD (Chemical Oxygen Demand)
Penelitian dilakukan untuk mengetahui 1 Menganalisis kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu. 2 Menganalisis kualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuang ke Sungai Martapura. 3 Menganalisis dampak limbah cair industri pengolahan sagu terhadap kualitas air Sungai Martapura. Penelitian mengambil sampel di tiga titik yaitu Air Sungai Martapura, Inlet Industri Pengolahan Sagu Didi dan Outlet air sungai martapura yang tercampur air limbah, pengambilan sampel dilakukan selama dua hari dan hasil pengambilan sampel air dilakukan pengujian kualitas air dilaboratorium. Hasil uji laboratorium kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentang Standar Baku Mutu Limbah Cair. Hasil penelitian selama dua hari menunjukkan bahwa pada titik sampel Inlet hari pertama pengambilan sampel TSS 192,6 mg/l, BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampel BOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/l. Limbah cair sagu yang di buang ke anak sungai masih dalam batas dapat dinetralkan oleh anak sungai tersebut sehingga belum menggangu tingkat pencemarannya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol 7 No 2 2020 40-5140Analisis Dampak Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu terhadap Kualitas AirSungai Martapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai TabukDewi Komala Sari, Sidharta Adyatma, Aswin Nur SaputraPendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesiadwimala83 study was conducted to determine 1 Analyzing the water quality of theMartapura River before it is polluted by the sago processing industry. 2Analyzing the quality of wastewater from the sago processing industry which isdischarged into the Martapura River. 3 Analyzing the impact of sago processingindustry wastewater on the water quality of the Martapura River. The study tooksamples at three points namely Martapura River Water, Sago Didi ProcessingIndustry Inlet and Outlet Martapura river water mixed with wastewater,sampling was carried out for two days and the results of water sampling weretested on water quality in the laboratory. Laboratory test results are thenprocessed using quantitative descriptive analysis by comparing the results oflaboratory tests with the South Kalimantan Governor's Regulation on Standardsfor Quality of Liquid Waste. The results of the two-day study showed that at theinlet sample point the first day of sampling was TSS mg / l, BOD mg/ l and COD 540 mg / l and on the second day sampling was BOD mg / l,COD 433 mg / l and Sulfide mg / l. The liquid sago waste that is disposed ofinto the tributary is still within the limit that it can be neutralized by the tributaryso that it does not interfere with the level of Water Quality, Liquid Waste, Environmental dilakukan untuk mengetahui 1 Menganalisis kualitas airSungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu. 2Menganalisis kualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuangke Sungai Martapura. 3 Menganalisis dampak limbah cair industripengolahan sagu terhadap kualitas air Sungai Martapura. Penelitianmengambil sampel di tiga titik yaitu Air Sungai Martapura, Inlet IndustriPengolahan Sagu Didi dan Outlet air sungai martapura yang tercampur airlimbah, pengambilan sampel dilakukan selama dua hari dan hasilpengambilan sampel air dilakukan pengujian kualitas air uji laboratorium kemudian diolah dengan menggunakan analisisdeskriptif kuantitatif dengan membandingkan hasil uji laboratoriumdengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentang Standar BakuMutu Limbah Cair. Hasil penelitian selama dua hari menunjukkan bahwapada titik sampel Inlet hari pertama pengambilan sampel TSS 192,6 mg/l,BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampelBOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/l. Limbah cair sagu Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202041yang di buang ke anak sungai masih dalam batas dapat dinetralkan olehanak sungai tersebut sehingga belum menggangu tingkat kunci Kualitas Air, Limbah Cair, Pencemaran 26 Februari 2021 Accepted 8 Maret 2021 Published 15 Maret 2021How to citeSari, D. K.,Adyatma, S., &Saputra, 2020. Analisis Dampak LimbahCair Industri Pengolahan Sagu terhadap Kualitas Air Sungai Martapura Desa PemakuanKecamatan Sungai Tabuk. JPG Jurnal Pendidikan Geografi, 72, 39-50.© 2020 JPG Jurnal Pendidikan Geografi1. PendahuluanSagu Metroxylon sp merupakan komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat yangberpotensi di Indonesia, terutama bagi penduduk yang berada di sekitar pantai ataudataran rendah rawa dengan sumber air yang melimpah. Sagu termasuk kedalam jenistanaman palem dengan tinggi sedang hingga 25 m, berbunga mati, akar serabut, batangsagu berukuran hingga 60 cm dan memiliki kulit yang keras serta memiliki empulurtempat menyimpan pati sagu Flach, 2005.Tanaman sagu Pohon Rumbia cukup potensial menjadi salah satu sumber karbohidratuntuk dikembangkan dan diolah menjadi bahan pangan dalam upaya mengoptimalkanprogram diversifikasi pangan yang mendukung ketahanan pangan lokal dan nasionalFadmi, Herawati dan Restuhadi, 2013. Hasil dari proses ekstraksi empulur batang saguadalah pati sagu, faktor genetik dan proses ekstraksi sangat mempengaruhi kualitas pati,seperti penggunaan alat cara menyimpan potongan batang sagu dan proses area tanaman sagu di Pulau Kalimantan berdasarkan Data Direktorat JenderalPerkebunan Pada Tahun 2018 sebesar dengan produktivitas ProvinsiKalimantan Selatan merupakan kawasan terbesar area tanaman sagu, yaitu karakteristik lahan Kalimantan Selatan adalah dataran rendah atau rawa sehinggaselalu tergenang air dan sangat cocok untuk tumbuhnya tanaman sagu. Kabupaten Banjarmemiliki luas area tanaman sagu sebesar dengan produksi Daerah penghasil sagu terbanyak ada di Desa Pemakuan Kecamatan SungaiTabuk Kabupaten Banjar. Hasil observasi lapangan, pabrik-pabrik yang beroperasi setiaphari dapat memproduksi pati sagu 1 Ton per hari. Potensi sagu yang cukup tinggi ini dapatmemacu para pengembang industri pengolahan sagu di Indonesia. Industri pengolahansagu umumnya melakukan proses pengolahan di daerah yang dekat dengan sumber airseperti pinggiran sungai atau anak Pengolahan Sagu yang ada di Desa Pemakuan merupakan industri kecil karenaperalatan yang digunakan dalam proses produksi masih sederhana dan tidak memilikisistem pengolahan limbah cair. Pengelolaan limbah industri pangan cair, padat, gasdiperlukan untuk meningkatkan pencapaian tujuan pengelolaan limbah sertameningkatkan dalam efisiensi pemakaian sumber daya. Aktivitas masyarakat juga ikutmemberikan sumbangan limbah pada berbagai perairan darat Effendi, 2003; Saputra,2017. Limbah industri cair memiliki kontribusi pencemaran organik ke badan air denganrata-rata 25-50%. Upaya untuk menurunkan pencemaran buangan industri belum dapatmencapai tujuan karena masih lemahnya pantauan pemerintah untuk memantau buanganair limbah industri dan menerapkan standar baku mutu air limbah. Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202042Penelitian dilakukan untuk menganalisis dampak air limbah cair industri pengolahan saguterhadap kualitas air Sungai Martapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai TabukKabupaten Banjar. Permasalahan pokok yang akan dibahas yaitu 1 Bagaimana kualitasair Sungai Martapura sebelum tercemar oleh industri pengolahan sagu 2 Bagaimanakualitas air limbah industri pengolahan sagu yang dibuang ke Sungai Martapura 3Bagaimana dampak limbah cair industri pengolahan sagu terhadap kualitas air MetodePenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas air sungai martapura hasil daricemaran limbah cair industri sagu dengan menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah air sungai martapura, air limbah sagu, dan air sungaiyang tercampur dengan air limbah sagu. Sampel yang akan diteliti adalah limbah cair darihasil industri sagu yang dibuang ke area sungai secara langsung tanpa menggunakanIntalasi Pengelolaan Air Limbah IPAL. Pengambilan sampel air limbah menggunakanteknik yang telah dibuat Standar Nasional Indonesia SNI tentang air dan air limbahBagian 57 Metode pengambilan contoh air permukaan yang telah diterapkan untukpengambilan contoh air limbah yang tercantum dalam Keputusan Menteri LingkunganHidup nomor 37 tahun 2003. Pengambilan sampel air menggunakan metode SampelSesaat Grab Sampling.Gambar 1. Peta Lokasi PenelitianPenelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu data primer, datasekunder, observasi, uji laboratorium dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukanmelalui metode teknik pengumpulan data yang sudah diperoleh melalui pengumpulandata Priyono, 2008. Pengolahan data dianalisis dan diolah dalam bentuk tabel untukmempermudah proses analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakananalisis deskriptif kuantitatif, maka data penelitian yang berupa angka akan Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202043dikualitatifkan sehingga hasil yang diperoleh dapat dideskripsikan dengan penyajian datadalam bentuk visual diagram, tabel, chart. Analisis data menggunakan metodematchinguntuk membandingkan parameter hasil uji laboratorium dengan standar baku mutulimbah dan klasifikasi nilai parameter fisika dan kimia limbah cair industri Hasil Dan PembahasanPengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan Uji Laboratorium yangmenghasilkan data primer. Objek utama dalam penelitian ini adalah Sungai Martapurauntuk memperoleh data sampel air sungai dan limbah cair sagu yang di akan di uji agarmenghasilkan inti dari penelitian. Hasil penelitian dan Pembahasan mengenai AnalisisDampak Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu Terhadap Kualitas Air SungaiMartapura Desa Pemakuan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkandalam tujuan penelitian sebagai berikutA. Parameter FisikaPenentuan parameter kualitas fisika air ditentukan berdasarkan sifat-sifat fisika air yangberkaitan dengan ukuran partikel padatan yang terkandung dalam air serta suhu EffendiHefni, 2003; Suyasa, 2015. Sifat fisik air limbah menunjukkan derajat kekotoran airlimbah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik yang mudah terlihat seperti kandungan zatpadat sebagai efek estetika, kejernihan, bau, warna dan temperatur. Berdasarkan hasil ujilaboratorium yang dilakukan pada Industri Pengolahan Sagu Didi/Rui tanggal 21 April2020 untuk parameter fisika disajikan pada tabel 1. Hasil Uji Laboratorium 21 April 2020 Parameter FisikaSumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 1menjelaskan bahwa parameter TSS pada sampel Inlet berada di atas ambang batasbaku mutu lingkungan yang diindikasikan sebagai sebuah pencemaran tidak wajarmenurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan yaitu sebesar 192,6 mg/l dengan kadarmaksimum yang diperbolehkan membuang yaitu 100 mg/l. Nilai TSS yang tinggi padalimbah cair sagu disebabkan karena Industri Pengolahan Sagu membuat pati sagu yangkemudian diendapkan pada bak penampungan, sehingga menyebabkan banyaknya Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202044endapan yang dihasilkan. TSS merupakan bahan dasar yang tersuspensi yang tertahanpada saringan milipore dengan diameter pori 0,45mikrometer. TSS terdiri dari lumpur,pasir halus serta jasad-jasad renik yang disebabkan oleh kikisan erosi tanah yang terbawakedalam air Suyasa, 2015. Pengukuran parameter fisika juga dilakukan secara insituselama 2 hari pengambilan yang disajikan pada tabel 2. Pengukuran Parameter Fisika Insitu 21 April 2020Sumber Peneliti, 2020Tabel 2. menunjukkan bahwa parameter yang di uji secara insitu langsung. Parametersuhu dilakukan pengambilan sampel secara insitu, sampel suhu di ambil berdasarkan dengan menggunakan termometer yang dicelupkan langsung ke dalam sampelair dan dibiarkan selama 2 menit â5 menit sampai nilai termometer menunjukkan nilai stabil,kemudian catat pembacaan skala tanpa mengangkat termometer. Pengambilan suhu dilakukansecara insitu karena suhu udara di lapangan dapat mempengaruhi suhu pada air sungai dan airlimbah. Parameter pH diambil secara in situ karena memiliki kaitannya dengan koreksisuhu, pengambilan sampel pH secara in situ yaitu 7 , berbeda dengan hasil darilaboratorium yaitu 6 pada tabel2., ketidak akuratan alat yang digunakan secara insitu bisamenjadi kemungkinan perbedaan hasil yang diperoleh. Hasil Uji Laboratorium pada tanggal22 April 2020 di Industri Pengolahan Sagu Didi pada parameter fisika disajikan pada tabel 3..Tabel 3. Hasil Uji Laboratorium 22 April 2020 Parameter Fisika Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202045Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 3. menjelaskan bahwa 4 parameter fisika pada tanggal 22 April 2020 berada dibawah ambang batas baku mutu lingkungan menurut Peraturan Gubernur KalimantanSelatan dan sudah memenuhi syarat kualitas air yang ditentukan. Pengukuran parameterfisika juga dilakukan secara insitu selama 2 hari pengambilan yang disajikan pada tabel4. Tabel 4. Pengukuran Parameter Fisika Insitu 22 April 2020Sumber Peneliti, 2020Tabel 4. menunjukkan bahwa parameter yang di uji secara insitu langsung. Paremetersuhu menunjukkan nilai 27oC - 29oC suhu dilapangan dan suhu pada sampel air sungai28,2 oC, inlet 27,7 oC dan Outlet 28,4°C. Temperatur air yang baik sama dengantemperatur udara berkisar 20-30oC, untuk air yang tercemar memiliki temperatur di atasatau di bawah temperatur udara Hasrianti & Nurasia, 2015, sehingga temperatur suhupada sampel penelitian masih diambang batas yang telah ditentukan. Parameter pHdiambil secara in situ karena memiliki kaitannya dengan koreksi suhu dan merupakanparameter yang dapat mempengaruhi proses-proses biologis dan kimia Hasrianti &Nurasia, 2015, tingginya karbohidrat pada limbah cair sagu menyebabkan air bersifatasam dan menimbulkan bau asam, serta konsentrasi padatan tinggi, sehinggamempengaruhi pH air limbah sagu Ahmad, Yanti, & Muhiddin, 2019. Pengambilansampel pH secara in situ yaitu 7 , berbeda dengan hasil dari laboratorium yaitu 6 padatabel 4., ketidak akuratan alat yang digunakan secara insitu bisa menjadi kemungkinanperbedaan hasil yang diperoleh. Nilai pH dibawah 6,5 dapat meningkatkan korosifitaspada benda-benda logam dan menimbulkan rasa tidak enak dan dapat mengganggukesehatan, jika dikonsumsi oleh manusia Hasrianti & Nurasia, 2015.B. Parameter KimiaParameter pencemaran kimia ditentukan berdasarkan sifat-sifat kimia, sifat ini ditentukanterjadinya reaksi yang melibatkan ionik yang masuk kedalam air dan dapat merubahbentuk semula reaksi kimia. Penentuan parameter pencemaran parameter kimiaberdasarkan sifat-sifat kimia. Berdasarkan hasil uji laboratorium pengambilan sampelpada Industri Pengolahan Sagu Didi tanggal 21 April 2020 disajikan pada tabel 5. Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202046Tabel 5. Hasil Uji Laboratorium Parameter Kimia21 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinTabel 5. menunjukkan bahwa terdapat 3 parameter yang melebihi ambang batas bakumutu limbah cair yaitu, BOD5226,8 mg/l dengan batas maksimum 150 mg/l dan COD540 mg/l dengan batas maksimum 300 mg/l pada sampel inlet industri pengolahan BOD5dan COD yang tinggi karena bahan organik yang terdapat pada air limbahpati sagu. Nilai COD dan BOD5memberikan gambaran besarnya bahan organik yangsulit terurai pada inlet limbah sagu. Hasil Uji Laboratorium pada tanggal 22 April 2020di Industri Pengolahan Sagu Didi pada parameter kimia disajikan pada tabel 6. Hasil Uji Laboratorium Parameter Kimia22 April 2020 Parameter KimiaIndustri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan Banjarmasin Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202047Tabel 6. menunjukkan bahwa terdapat3 parameter yang melebihi kadar batas maksimumbaku mutu limbah cair menurut Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan. HasilInlet menunjukkan pada parameter BOD 151,5 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 150mg/l, parameter COD 433 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 300 mg/l dan parametersulfida 1,55 mg/l melebihi batas maksimum yaitu 0,3 mg/l. Hasil Outlet menunjukkanparameter Sulfida pada 0,5 x kedalaman sungai yaitu 1,03 mg/l dan pada 0,8 x kedalamansungai yaitu 1,0 mg/l. Nilai BOD dan COD yang tinggi karena bahan organik yangterdapat pada air limbah pati rumusan masalah pertama pada sembilan parameter yang diambil padasampel penelitian Air Sungai Martapura tabel 7. menunjukkan bahwa belum melebihiambang batas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur KalimantanSelatan, dan hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri saguberdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas bakumutu limbah cair industri sagu. Fakta dilapangan menyatakan bahwa Air SungaiMartapura masih digunakan masyarakat sekitar sungai untuk aktivitas kegiatan sehari-hari dan dalam keadaan normal tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh dan 7. Hasil Uji Laboratorium 21 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202048Industri Pengolahan Sagu Didi 21 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinPenyelesaian rumusan masalah kedua pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Inlet Air Limbah Sagu tabel 7. terdapat tiga parameter yang melebihi kadarbatas maksimum yang ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatantentang Standar Baku Mutu Limbah Cair yaitu Parameter TSS 192,6 mg/l dengan kadarmaksimum 100 mg/l, BOD5226,8 mg/l dengan kadar maksimum 150 mg/l, dan COD 540mg/l dengan kadar maksimum 300 mg/l. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang dibuatkondisi limbah cair industri sagu berdampak pada kualitas air Sungai Martapuraberdasarkan parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbahcair industri TSS tinggi disebabkan oleh banyaknya endapan yan tersuspensi pada air limbahsagu sehingga menyebabkan kekeruhan dan mempengaruhi warna air limbah. TTS terdiridari lumpur, pasir halus, jasad-jasad renik yang terjadi akibat erosi tanah yang terbawakedalam air Suyasa, 2015. Nilai BOD5dan COD tinggi disebabkan oleh bahan organikyang terdapat pada air limbah pati sagu, sehingga dapat memberikan gambarana besarnyakapasitas bahan organik yang sulit terurai pada inlet limbah sagu Sahubawa, 2008.Perbandingan rasio BOD/COD air limbah merupakan indikasi gambaran seberapa banyaktotal beban bahan organik kebutuhan oksigen tersedia secara hayati untuk degradasiRanasinghe, 2012. Rasio nilai BOD / COD yang tinggi menunjukkan toksisitas yanglebih rendah. BOD menunjukkan bahwa air limbah memiliki kandungan biodegradablesehingga perbedaannya berarti lebih banyak komponen non-biodegradable atau karena itu, COD dan BOD diukur untuk air limbah industri Ranasinghe, 2012.Penyelesaian rumusan masalah ketiga pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Outlet tabel 7. menunjukkan bahwa belum melebihi ambang batas kadarmaksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur Kalimantan Selatan, dan hal initidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitu kondisi kualitasair Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri sagu berdasarkan pengukuranparameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbah cair industrisagu, karena air limbah sagu yang dibuang ke anak sungai masih dalam batas dapatdinetralkan oleh anak sungai 8. Hasil Uji Laboratorium 22 April 2020Industri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202049Industri Pengolahan Sagu Didi 22 April 2020 Sumber UPTD Laboratorium Kesehatan BanjarmasinPenyelesaian rumusan masalah pertama pada sembilan parameter yang diambil padasampel penelitian Air Sungai Martapura tabel 8. menunjukkan bahwa belum melebihiambang batas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur KalimantanSelatan, dan hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi kualitas air Sungai Martapura sebelum tercemar limbah cair industri saguberdasarkan pengukuran parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas bakumutu limbah cair industri sagu. Fakta dilapangan menyatakan bahwa masyarakat sekitarsungai masih menggunakan air sungai untuk aktivitas kegiatan sehar-hari dan sungaimenunjukkan dalam keadaan normal tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh rumusan masalah kedua pada sembilan parameter yang di uji pada sampelpenelitian Inlet Air Limbah Sagu tabel 8. terdapat tiga parameter yang melebihi kadarbatas maksimum yang ditentukan oleh Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatantentang Standar Baku Mutu Limbah Cair yaitu Parameter BOD5151,5 mg/l dengan kadarmaksimum 150 mg/l, dan COD 433 mg/l dengan kadar maksimum 300 mg/l dan sulfida1,55 mg/l. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat kondisi limbah cair industri saguberdampak pada kualitas air Sungai Martapura berdasarkan parameter fisika dan kimiaberada di atas ambang batas baku mutu limbah cair industri BOD5dan COD yang tinggi karena bahan organik yang terdapat pada air limbahpati sagu. Nilai COD dan BOD5memberikan gambaran besarnya kapasitas bahan organik Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202050yang sulit terurai pada inlet limbah sagu sangat terbatas Sahubawa, 2008. Walaupunperanan BOD dan COD bukan sebagai penentu akan tetapi setara parameter lainnya yangmenjadi parameter kunci dugaan pencemaran Nuraini, Fauziah, & Lestari, 2019. Airlimbah yang mengandung sulfida menyebabkan bau seperti telur busuk, jikakandungannya 1,4mg/m3. Larutan garam sulfida bersifat korosif, karena sifatnya korosifmaka dapat menyebabkan kerusakan mata, kulit dan system pernafasan World HealtyOrganization, 2003.Biochemical Oxygen Demand BOD5, adalah gambaran kadar bahan organik yangmemiliki jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasikanbahan organik menjadi karbondioksida dan air Suyasa, 2015. Chemical OxygenDemand COD, merupakan menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untukmengoksidasi bahan-bahan kimiawi secara kimiawi atau bahan-bahan biologi yang sukarterdegradasi secara biologi menjadi CO2dan H2O Effendi, 2003; Suyasa, 2015.Penyelesaian rumusan masalah ketiga, pada sembilan parameter yang diuji pada sampelpenelitian Outlet tabel 8. terdapat satu parameter yang menunjukkan melebihi ambangbatas kadar maksimum yang telah ditetapkan Pemerintah Gubernur Kalimantan Selatanyaitu parameter Sulfida pada 0,5 x kedalaman sungai 1,03 mg/l dan pada 0,8 x kedalamansungai 1,0 mg/l dengan kadar batas maksimum yang diperbolehkan dibuang ke sungaiyaitu 0,3 mg/l, hal ini sejalan dengan hipotesis yang telah dibuat dalam penelitian yaitukondisi limbah cair industri sagu berdampak pada kualitas air Sungai Martapuraberdasarkan parameter fisika dan kimia berada di atas ambang batas baku mutu limbahcair industri sagu. Zat organik tinggi dalam badan air akan mempengaruhi kadar sulfida,sehingga akan berdampak pada biota yang ada didalam sungai, hal ini dibuktikan bahwawarga sekitar sungai mengatakan berkurangnya ikan-ikan yang ada disungai tidaksebanyak waktu dulu serta kekeruhan air yang terjadi disepanjang pinggiran sungai akibatlimbah cair sagu yang banyak KesimpulanBerdasarkan pembahasan sebelumnya didapatkan beberapa kesimpulan dan saran untukpenelitian ini. Hasil pengujian laboratorium untuk kualitas air sungai sebelum tercampurair limbah yang dilakukan pada sampel Air Sungai Martapura di kedalaman 0,2 xkedalaman sungai , 0,5 x kedalaman sungai, dan 0,8 x kedalaman sungai dengan 9parameter dalam keadaan normal dan tidak melebihi nilai ambang batas yang sudahditetapkan oleh Gubernur Kalimantan pengujian laboratorium untuk kualitas air limbah sagu inlet yang dilakukan padasampel Inlet Industri Pengolahan Sagu Didi terdapat 4 parameter yang melebihi melebihikadar maksimum ambang batas dari peraturan Gubernur Kalimantan Selatan tentangLimbah Cair Industri Pengolahan Sagu/Tepung yaitu, hari pertama pengambilan sampelTSS 192,6 mg/l, BOD 226,8 mg/l dan COD 540 mg/l dan hari kedua pengambilan sampelBOD 151,5 mg/l, COD 433 mg/l dan Sulfida 1,55 mg/ untuk hasil pengujian laboratorium kualitas air sungai setelah tercampur airlimbah yang dilakukan pada sampel Outlet Industri Pengolahan Sagu Didi terdapat 1parameter yang melebihi melebihi kadar maksimum ambang batas dari peraturanGubernur Kalimantan Selatan tentang Limbah Cair Industri Pengolahan Sagu/Tepungyaitu pada pengambilan sampel hari kedua dikedalaman 0,5x kedalaman sungai nilaisulfida 1,3 dan kedalaman 0,8 x kedalaman nilai sulfida 1,0mg/l. Industri PengolahanSagu Didi adalah jenis skala kecil yang limbahnya di buang ke sungai masih dalam batas Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202051dapat dinetralkan oleh sungai tersebut sehingga belum tinggi tingkat pencemarannya danmerusak dalam penelitian ini bersifat membangun dan diharapkan dapat memberi masukanyang positif bagi siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini khusus nya para pelakuIndustri Pengolahan Sagu Desa Pemakuan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar,saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut 1 Peneliti menyarankan kepada instansi terkait atau pemerintah untuk melakukanpembinaan dan edukasi kepada Pelaku Industri Pengolahan Sagu, perlunyapembinaan secara optimal dan berkelanjutan memerlukan pengkajian danperencanaan yang matang.2 Peneliti menyarankan kepada produsen industri pengolahan sagu dengan mengelolalimbah cair sagu dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah sederhana dantidak langsung dibuang ke sungai. Peneliti juga menyarankan untuk menggunakaneceng gondok atau Pistia stratiotes di sekitar lingkungan Industri Pengolahan Sagusebagai media pengurangan intensitas pencemaran dan kekeruhan ReferensiAhmad, S. W., Yanti, N. A., & Muhiddin, N. H. 2019. Pemanfaatan Limbah Cair Saguuntuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste forBacterial Cellulose Production .151, 33â H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan Pt. Kanisius, Ed.. M. 2005. Sago palm. Metroxylon sagu Rottb. D. J. Heller, Ed.. S. O., Payung, P., & Yawan, J. 2016. Kualitas Limbah Cair Ekstraksi SaguMetroxylon Sp. Menggunakan Alat Penyaring Sistem Berlapis Pada BeberapaWaktu Penyimpanan. Agrointek,101, & Nurasia. 2015. Analisis Warna Suhu pH dan Salinitas Air Sumur Bor diKota Palopo. Universitas Cokroaminoto Palopo,2, 747â Q., Zheng, P., & Cai, J. 2007. Sources of sulfide in waste streams and currentbiotechnologies for its removal. Journal of Zhejiang University Science A,87,1126â1140. E., Fauziah, T., & Lestari, F. 2019. Penentuan Nilai Bod Dan Cod Limbah CairInlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. LaboratoriumPengujian Fisis,Politeknik,07, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Revisi 200; T. Chandra, Ed.. SidoarjoZifatama I. 2012. Relationship between the COD and L. 2008. Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair IndustriKayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas PerairanLaut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impactat PT Jati Dharmo Indah snd their Elfe. Jurnal Perikanan dan Kelautan,152, 70â A. N. & Effendi, M. 2017. The Relationship of Human Activity and WaterQuality in Riam Kanan Reservoir, South Kalimantan. Advances in Social Science,Education and Humanities Research. Diambil dari W. B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah J. Atmaja, Ed.. Bali Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 202052Udayana University Press Kampus Universitas Udayana G. A. 1986. Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land BukuTerje; Rajawali, Ed.. Jakarta CV. Healty Organization. 2003. Hydrogen Sulfide in Drinking-water. Guidelines fordrinking-water quality , 2nd ed.,2, 4. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this waste streams are generated by a number of industries. It is emitted into the environment as dissolved sulfide S2â and HSâ in wastewaters and as H2S in waste gases. Due to its corrosive nature, biological hydrogen sulfide removal processes are being investigated to overcome the chemical and disposal costs associated with existing chemically based removal processes. The nitrogen and sulfur metabolism interacts at various levels of the wastewater treatment process. Hence, the sulfur cycle offers possibilities to integrate nitrogen removal in the treatment process, which needs to be further optimized by appropriate design of the reactor configuration, optimization of performance parameters, retention of biomass and optimization of biomass growth. The present paper reviews the biotechnological advances to remove sulfides from various Limbah Cair Sagu untuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste for Bacterial Cellulose Production S W AhmadN A YantiN H MuhiddinAhmad, S. W., Yanti, N. A., & Muhiddin, N. H. 2019. Pemanfaatan Limbah Cair Sagu untuk Memproduksi Selulosa Bakteri Utilization of Sago Liquid Waste for Bacterial Cellulose Production . 151, Nilai Bod Dan Cod Limbah Cair Inlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. Laboratorium Pengujian FisisE NurainiT FauziahF LestariNuraini, E., Fauziah, T., & Lestari, F. 2019. Penentuan Nilai Bod Dan Cod Limbah Cair Inlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik ATK Yogyakarta. Laboratorium Pengujian Fisis,Politeknik, 07, between the COD and BODI RanasingheRanasinghe, I. 2012. Relationship between the COD and dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Perairan Laut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impact at PT Jati Dharmo Indah snd their ElfeL SahubawaSahubawa, L. 2008. Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Perairan Laut Analysis ond Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impact at PT Jati Dharmo Indah snd their Elfe. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 152, Relationship of Human Activity and Water Quality in Riam Kanan Reservoir, South KalimantanA N SaputraM EffendiSaputra, A. N. & Effendi, M. 2017. The Relationship of Human Activity and Water Quality in Riam Kanan Reservoir, South Kalimantan. Advances in Social Science, Education and Humanities Research. Diambil dari Air & Pengolahan Air LimbahW B SuyasaSuyasa, W. B. 2015. Pencemaran Air & Pengolahan Air Limbah J. Atmaja, Ed.. Bali Sari, D. K., Adyatma, S., & Saputra, A. N. / Jurnal Pendidikan Geografi 7 2 2020 52Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land Buku Terje; RajawaliG A TicoaluTicoalu, G. A. 1986. Water Pollution and Disposal of Waste Water on Land Buku Terje; Rajawali, Ed.. Jakarta CV. Sulfide in Drinking-water. Guidelines for drinking-water qualityWorld Healty Organization. 2003. Hydrogen Sulfide in Drinking-water. Guidelines for drinking-water quality, 2nd ed., 2, 4.Bakumutu air limbah untuk parameter cod dan bod paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan menteri ini mulai berlaku; (1) baku mutu air limbah bagi kegiatan rph adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran a dan lampiran b peraturan menteri ini. 9 (1) pelatihan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pengertian limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak layak dan tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah cair terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap pencemaran oleh limbah cair dapat diketahui melalui pengamatan secara visual maupun pengujian. Perubahan yang paling umum terjadi adalah perubahan pH derajat keasaman. Air secara normal memiliki pH dengan kisaran 6,5 - 7,5 pH apabila tidak memenuhi baku mutu dapat mengubah kualitas air dan mengganggu keberlangsungan hidup organisme di dalamnya. Kemudian, air dapat diindikasikan tercemar apabila terjadi perubahan warna, bau dan rasa. Selain itu, indikasi pencemaran air dapat dapat dilihat dari timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut dalam bentuk padatan Wardana, 1999.Pengolahan limbah adalah usaha untuk mengurangi atau menstabilkan zat-zat pencemar sehingga saat dibuang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme Limbah Cair Berdasarkan sumbernya, limbah cair dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu Limbah cair yang bersumber dari rumah tangga yaitu limbah cair yang berasal dari pemukiman dan aktivitas penduduk. Pada umumnya terdiri-dari bahan organik. Limbah cair yang bersumber dari industri yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai jenis industri. Pada umumnya mengandung zat-zat kimia yang bervariasi sesuai dengan jenis industrinya. Limbah cair kotapraja yaitu limbah cair yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan lain-lain. Pada umumnya jenis limbah cair ini sama dengan limbah cair yang berasal dari rumah Fisika dan Kimia Limbah Cair Pengolahan air limbah diperlukan untuk mencegah polutan yang terkandung dalam air limbah dapat mengganggu keberlangsungan rantai makanan sehingga berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dalam melakukan pengolahan limbah industri terutama limbah cair lebih baik dilakukan analisa terhadap jenis dan karakteristik limbah terlebih dahulu agar bisa dilakukan penanganan dengan efektif dan karakter fisiknya, limbah cair memiliki beberapa parameter atau indikator, yaitu Padatan. Pada limbah cair terdapat padatan organik dan non-organik yang mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan pendangkalan. Kekeruhan. Kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena terganggunya cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid dan suspensi. Bau. Bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan bahan Limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa, biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Domestik, terdapat beberapa parameter fisika dan kimia dalam air limbah yaitu pH tingkat keasaman. Menunjukkan tingkat keasaman dari air limbah. Kadar pH yang baik adalah dimana pH masih memungkinkan keberlangsungan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah diupayakan untuk memilikipH netral. BOD. Biochemical Oxygen Demand BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroogranisme untuk dapat menguraikan atau mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi aerobik. COD. Chemical Oxygen Demand COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian bahan organik yang terkandung dalam air. DO. Dissolved Oxygen DO atau oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang terkandung dalam air limbah dalam bentuk molekul oksigen dan bukan dalam bentuk molekul hidrogen oksida biasanya dinyatakan dalam mg/L ppm. TSS. Total padatan yang tersuspensi dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang disaring dengan kertas milliopore berpori-pori 0,45 mikromil. TDS. Suatu ukuran zat terlarut yang terdapat pada sebuah larutan yang dapat berupa zat organik maupun zat anorganik. Minyak dan Lemak. Bahan yang dapat terekstrak oleh n-heksana meliputi hidrokarbon, asam lemak minyak nabati, minyak hewani. Amoniak. Senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi bahan organik yang mengandung nitrogen dalam air limbah dengan bantuan bakteri. Suhu. Suhu pada air menentukan seberapa besar kehadiran biota air dan Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah membuang zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya sehingga menjadi tidak berbahaya lagi bagi kehidupan organisme. Metode atau cara pengolahan limbah pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengolahan secara fisik, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut Pengolahan secara fisik. Pengolahan limbah yang dilakukan secara fisik digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung benda padat seperti serat, ampas, lumpur, bulu serta kotoran padat lainnya cara ini disebut dengan cara pengolahan limbah secara mekanis yang terdiri dari penyaringan, pengambilan buihnya, pengambangan dan sedimentasi. Pengolahan secara kimiawi. Pengolahan secara kimiawi banyak dilakukan dengan cara penambahan pereaksi kimia tertentu yang sesuai dengan karakteristik bahan limbah seperti netralisasi, presipitasi dan pemisahan. Pengolahan secara kimiawi dapat berupa pengentalan, penghilangan bau dan sterilisasi akan mematikan hama. Pengolahan secara Biologi. Pada umumnya pengolahan secara biologi dipergunakan untuk mereduksi atau menurunkan kadar pencemaran organik dalam air limbah dengan menggunakan dan memanfaatkan keaktifan mikroorganisme. Misalnya dengan lumpur aktif activated sludge, saringan menetes trickling filter, kolam stabilisasi dan Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diizinkan. Pengolahan limbah cair secara garis besar dapat dibagi menjadi pemisahan padatan tersuspensi solid-liquid separation, pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan pengolahan air limbah pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu sistem anaerobik dan aerobik. Adapun penjelasan kedua sistem tersebut adalah sebagai berikut1. Sistem anaerobik Pengolahan secara anaerobik adalah proses yang memanfaatkan reaksi mikroorganisme untuk mengolah air limbah dalam kondisi tanpa oksigen terlarut. Sistem anaerobik lebih sering digunakan karena sistem yang digunakan lebih mudah bila dibandingkan dengan sistem aerobik. Beberapa teknologi yang umum digunakan untuk pengolahan air limbah secara anaerobik antara lain septic tank, imhoff tank, anaerobic baffle reactor ABR, anaerobic filter, dan Sistem Aerobik Pengolahan air limbah secara aerobik adalah proses yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah dan menguraikan zat organik pada air limbah dengan oksigen terlarut. Teknologi yang biasanya digunakan pada sistem aerobik adalah Activated Sludge, Aerated Pond, Trickling Filter, Rotating Biological Contactor, Fluidized Bed Reactor, dan Sequenching Batch Reactor. IPAL Komunal yang menggunakan sistem aerobik mempunyai kelebihan karena lumpur yang dihasilkan dari IPAL sudah stabil karena adanya aktivitas mikroba aerob yang menguraikan zat organik pada air Pengolahan Limbah Cair Berdasarkan sistem yang digunakan dalam pengolahan limbah cair, teknologi pengolahan limbah yang paling populer ada dua jenis, yaitua. Anaerobic Baffled Reactor ABR Anaerobic Baffled Reactor ABR merupakan septik tank yang terdiri dari beberapa ruang sebagai tempat terjadinya proses sedimentasi. Proses yang terjadi pada ruang pertama di unit ABR adalah proses pengendapan. Selanjutnya terjadi proses penguraian karena terjadinya kontak antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Waktu kontak yang ditunjukkan dengan kecepatan aliran ke atas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam desain. Apabila kecepatan aliran terlalu cepat maka proses penguraian tidak terjadi sebagaimana mestinya. Kecepatan waktu kontak tidak boleh lebih dari 2 m/ pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan pada tahap permulaan penerapan ABR. Pencampuran yang terjadi antara limbah yang baru masuk dengan lumpur lama dari septik tank dapat mempercepat pencapaian kinerja pengolahan secara optimal. Prinsipnya adalah pengisian limbah lebih baik dimulai dengan seperempat aliran harian dan jika memungkinkan dengan limbah cair yang sedikit lebih keras. Kemudian pengisian dilanjutkan dengan menaikkan secara perlahan dalam jangka waktu tiga bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar. Penurunan kadar COD dalam proses degradasi adalah sebesar 60-90%.Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknologi ABR untuk pengolahan air limbah. Teknologi ABR memiliki kelebihan berupa teknologi yang sederhana namun handal, tahan lama, dan efisien. Sedangkan kekurangan penggunaan teknologi ini adalah membutuhkan ruang yang besar dalam proses konstruksi, kurang efisien dalam pengolahan limbah yang ringan dan butuh waktu yang panjang untuk proses pemasakan/ unit ABR cenderung mudah untuk dilakukan. Pertama, dengan memperhatikan permukaan air limbah dengan tujuan mencegah zat-zat dengan ukuran besar tidak masuk ke dalam filter. Apabila terdapat zat yang masuk, maka proses pembersihan dilakukan dengan mengangkat dan membuang zat tersebut. Kemudian, dilakukan pengurasan secara rutin setiap 1 hingga 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan tujuan menjaga kualitas lumpur sehingga dapat digunakan pada pengolahan air limbah Rotating Biological Contactor RBC Rotating Biological Contactor RBC merupakan proses pengolahan air limbah dengan mikroorganisme yang melekat pada media berupa piring tipis disk berbentuk bulat yang dipasang berjajar dalam suatu poros dan diputar menggunakan reaktor khusus dimana di dalamnya dialirkan air limbah secara kontinu. Media berupa lembaran plastik dengan diameter 2-4 meter dengan ketebalan 0,8 milimeter. Disk atau piring tersebut dilekatkan pada poros baja dengan panjang mencapai 8 meter, tiap poros yang telah dipasang media diletakkan dalam sebuah tangki atau bak reaktor RBC menjadi satu modul diputar dalam keadaan tercelup sebagian yakni sekitar 40% dari diameter disk. Kira-kira 95% dari seluruh permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam air limbah dan berada di atas permukaan air limbah udara. Kecepatan putaran bervariasi antara 1-2 rpm. Mikroorganisme tumbuh sendiri pada media dan mengambil makanan zat organik di dalam air limbah dan mengambil oksigen dari udara untuk menunjang proses unit RBC pada pengolahan air limbah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunaan unit RBC adalah pengoperasian dan perawatan alat yang mudah, konsumsi energi rendah, tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan, reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, dan tidak terjadi bulking/buih. Sedangkan kelemahannya adalah sulitnya pengontrolan jumlah mikroorganisme, sensitif terhadap suhu, BOD olahan masih tinggi, dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut dan bau.
Bakumutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, maka parameter kunci untuk air limbah domestik adalah pH, BOD, COD, TSS, Lemak & Minyak, Ammonia Total dan Total Koliform. 1. Derajat Keasaman pH Derajat keasaman pH adalah suatu nilai yang menggambarkan keadaan seberapa besar tingkat keasaman / kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 menunjukkan kondisi air bersifat netral, pH 7 menunjukkan kondisi air bersifat basa. 2. Biochemical Oxygen Demand BOD BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan secara biologis untuk mengoksidasikan zat organik dalam air limbah. BOD dapat mencerminkan tingkat pencemaran suatu badan air oleh buangan organik, semakin tinggi nilai BOD menunjukkan semakin besar tingkat pencemaran. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri serta untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis yang tepat untuk air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik merupakan peristiwa ilmiah, jika sewaktu-waktu badan air dicemari oleh zat organik maka bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan dan organisme hidup lainnya dalam air serta keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. 3. Chemical Oxygen Demand COD Dalam kimia lingkungan, COD adalah ukuran indikatif dari jumlah oksigen yang dapat dikonsumsi oleh reaksi dalam larutan yang diukur. Biasanya dinyatakan dalam massa oksigen yang dikonsumsi melebihi volume larutan yang dalam satuan SI adalah miligram per liter. Menurut Metcalf and Eddy 1991, COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia. Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam. Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat dalam air limbah kebal terhadap degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya yang beracun meskipun pada konsentrasi yang rendah. Bahan yang tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara kimiawi melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi tersebut dikenal dengan Chemical Oxygen Demand COD. Tingginya nilai COD disebabkan oleh beberapa hal diantaranya TSS dan Minyak. Maka dari itu dalam pengolahan limbah domestik perlu dilakukan eliminasi TSS dan minyak agar kadar COD ikut turun juga. Kadar COD dalam air limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi dengan metode pengolahan secara konvensional. 4. TSS Total Suspended Solid TSS adalah jumlah padatan yang tersuspensi, dalam bahasa awam bisa juga disebut jumlah lumpur yang terlihat dalam air / dapat disebut kekeruhan air. TSS akan bertambah setelah proses biologi dari ekskresi bakteri dalam air. Untuk menurunkan TSS, langkah pertama adalah melakukan pemisahan sumbernya dengan proses fisika kemudian dilanjutkan dengan proses kimia dengan penggumpalan lewat koagulasi dan flokulasi. Langkah terakhir untuk mengolah limbah yang mengandung TSS adalah dengan proses filtrasi baik dengan filter kompleks ataupun filter sederhana menggunakan ijuk, pasir dan sebagainya. 5. Lemak dan Minyak Lemak dan Minyak paling banyak dihasilkan dari aktivitas dapur dan makan. Tingginya parameter ini dalam air dapat meningkatkan nilai parameter lain seperti BOD, COD, TSS dan Koliform. Dalam beberapa kasus, Lemak dan Minyak jika dipadukan dengan Protein yang terdapat dalam air limbah makan dapat menimbulkan scum yang berbentuk seperti oncom. Scum ini adalah lemak yang tercampur dengan udara dan protein. Scum ini amat disukai oleh bakteri patogen sebagai tempat tumbuhnya. Mengingat proses pengolahan parameter Lemak dan Minyak ini lumayan berat maka biasanya dalam banyak IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah akan dipasang Grease Trap yang berfungsi sebagai perangkap lemak agar dapat dipisahkan dari air untuk meringankan proses pengolahan air limbah. 6. Ammonia NHĐ· Ammonia adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Nitrogen N dan Hidrogen H. Ammonia ini bersifat basa lemah yang akan sedikit menambah nilai pH air limbah ke arah diatas 7. Ammonia sendiri memiliki standar baku mutu dibawah 10 mg/L yang artinya jika berada diatas angka tersebut maka air limbah dapat dikatakan mencemari lingkungan. Ammonia banyak dihasilkan dari kegiatan ekskresi manusia urine dan tinja yang kemudian ditambah pula dengan hasil pengolahan bakteri dalam memecahkan senyawa organik dalam air. Ciri-ciri keberadaan ammonia dapat diketahui melalui baunya yang cukup menyengat, bahkan dalam konsentrasi tertentu dapat menyebabkan mual dan pusing. Untuk mengolah ammonia memerlukan tiga tahapan yakni nitrifikasi, denitrifikasi dan aerasi serta ditambah make up process agar sempurna. Jika tidak diolah dengan baik maka ammonia dapat menyebabkan algae booming atau eceng gondok berlebih yang dapat memenuhi badan air sehingga bisa terjadi kekurangan oksigen bagi organisme dalam air maupun menimbulkan kebanjiran. 7. Total Koliform Bakteri bentuk coli / coliform adalah parameter yang menunjukkan berapa banyak jumlah bakteri yang berada dalam satu mL air limbah. Biasanya jumlah bakteri dihitung berdasarkan jumlah koloninya dengan coloni counter. Dalam air limbah domestik, bakteri yang paling dikhawatirkan adalah bakteri Escherichia coli dan Entamoeba coli yang dapat menyebabkan penyakit diare ataupun sakit perut hingga kolera. Itulah beberapa parameter yang digunakan dalam pengolahan air limbah. Jika Bapak/Ibu membutuhkan produk pengolahan air limbah agar mendapatkan hasil buangan yang sesuai baku mutu air limbah domestik, kami menyediakan STP / IPAL Biotech System yang sudah teruji kualitas dan kegunaannya. Segera Hubungi Marketing Kami pada Kontak di Atas ! ! !
.